September 30, 2012

#Tapa

Bingung di sudut, binar-binar di sana sini.
2 kali 1 Oktober. Saya pernah bahagia sekali.
Hari ini?
Saya ini kenapa?

Penggal-penggal dialog ini segar di ingatan saya. 

x: kamu tu kayak anak kecil yaa!
y: kelakuan aku anak kecil, pikiran aku engga! kalo kamu, dua-duanya!

x: iya, jadi saya itu bingung. saya masih ga nyangka. saya itu maunya begini begini begini.
y: seliberal-liberalnya aku, ga kayak kamu. ternyata kamu lebih liberal!

y: kamu bisa ga, biasa aja? ya coba coba ulangi.
x: ini saya Dianra sebenarnya. *mengulang respon* nah, yang ini Dianra yang kamu mau.

y: kamu lagi nyari beasiswa, berarti 50% lagi kamu cenderung akan suka Korea. Polanya kayak gitu.
x: *berpikir keras*

y: kenapa sih hari ini merah, besok biru, besok-besoknya lain lagi.
x: saya selalu abu-abu.

y: kamu ga bisa gitu. dalam hidup kamu harus milih.
x: iya, saya tau. dan... saya belum bisa milih. *dalam hati: saya ga mau milih*

Abu-abu. tidak hanya mendominasi penutup kepala saya.
Saya. abu-abu dalam hidup nyata.
Hidup adalah soal pilihan katanya.
Kamu dan racun abu-abu. tentu saya. sekarang serupa.
Ah tak apa. tidak kita, katamu. tapi. kamu. saya.
Di suatu nanti. bersua warna.

Cisitu Lama. 10.38.


September 25, 2012

35 Menit di Anra

8 menit sunyi senyap
Pukul 10.10 bertukar tawa
Bunyi lirik malam ini manis:
Mengeja manja

23 menit menyemut biru
Bertudung abu, mengena pink
Mau kesana malam ini?
Kemari kataku, kemana katamu

30 menit mencela celah
Ini bukan hujan, hanya butir air...
Helm putih jadi payungmu
Lalu...
Kita menabur, melebur, mengatur

35 menit, Dianra...
Tidak perlu bicara
Tidak perlu bertanya
Jawabnya ada di mendung
yang menggantang hujan
Jawabnya ada di sore
yang menelan matahari
Jawabnya ada di...
Kamu.


(Bintang menulis lagi untuk saya. di Cisitu. setelah segelas teh. bercanda, bertukar cerita,diam. kemarin. 24 Sept, 2012)


POT 21

Karpet menyala, dinding menyapa.
Getir di sabtu malam retak.
Kamu bercanda, aku berderai tawa.
Seperti sepatu putih berdansa di lantai: riang.
Aku mau mengelap lensa kacamatamu.
Kemudian, lalu, dan seterusnya.
Menghadaplah ke utara, dan aku ada di selatan.
Pergilah meneguk kopi, dan aku penuang gula.
Jadi...
Maukah terus berlayar di mimpi luasku hari ini,
esok, dan selamanya?


(Malam minggu yang lucu bersama Bintang di satu sudut mal, setelah gagal ke taman, karena matahari terlanjur pergi. Malam itu, 2 minggu lalu. 8 Sept, 2012).





September 24, 2012

Kamu. Bintang.

Kamu.
Kembaran saya.
Nama kita dekat dan kesamaan kita banyak.
Dhiora, Dianra. Kebetulan?
NPM kita beda satu angka (0207335 - 0207336). Kebetulan?
Sahabat saya. Seingatku kita bertemu di semester 1, kelas Sosiologi.
Kita masuk pers kampus, sEntra. Kita bahkan sekelompok dalam pengerjaan tugas jurnalistik paling awal.  Kita sekelompok lagi kamp kepemimpinan dan kita nyasar di bukit. Kebetulan?
Kamu, musuh saya. Kita tidak berkomunikasi selama 2 tahun. Politik organisasi. Hahaha.

Kamu.
Datang lagi. 
Kadang manis, tapi sering menyebalkan.
Kamu tuliskan saya berbait-bait puisi, kamu tanya 'kenapa' banyak sekali.
Kamu bilang saya ngomong asal, monolog, mematahkan argumen sendiri.
Saya dengar kamu penulis berbakat, terkenal. Saya sering lupa hal ini.
Kamu terlalu econ. Kebanyakan istilah.

Kamu.
Bintang.
Saya tau saya menyebalkan.
tapi, kamu, Bintang...
Jangan pernah pergi lagi.






Wilkommen

Saya mengucapkan "Wilkommen" kepada diri saya sendiri.
Selamat datang di blog yang (untuk kesekian kalinya) baru.
Sudah beberapa kali bikin blog di alamat ini atau itu, tapi selalu berakhir hanya dengan 2 post saja atau kemudian ketika ingin ngeblog, saya sudah keburu lupa passwordnya.
Tapi tapi tapi... Kali ini saya mencoba untuk bener-bener pengen nulis. Apapun.
Karena seakan-akan kayak ada sesuatu yang bisikin, "hello, hari gini ga ngeblog?". Begitu. Hahaha.

HAI...

Di-anra

Klik!